Saturday, May 4, 2024
Depan > Kesehatan > Dinkes Gelar Workshop Surveilans Sentinel Leptospirosis

Dinkes Gelar Workshop Surveilans Sentinel Leptospirosis

Reporter : Syamsul Akbar
PROBOLINGGO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar workshop surveilans sentinel leptospirosis di Ball Room Paseban Sena Kota Probolinggo, Rabu (6/7/2022).

Kegiatan ini diikuti oleh 119 peserta terdiri dari 39 dokter puskesmas dan rumah sakit, 39 surveilans puskesmas dan rumah sakit serta 41 ATLM se-Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi penegakan diagnosa dan tata laksana leptospirosis oleh dr.Nanik SpPd dari RSUD Waluyo Jati Kraksaan

Selanjutnya, surveilans leptospirosis oleh Gito Hartono dari Dinkes Provinsi Jawa Timur, pemeriksaan specimen leptospirosis (MAT dan PCR) serta handling dan shipping spesimen leptospirosis oleh Zikri Nanda dari BBTKLP dan simulasi sentinel surveilans leptospirosis serta alur kegiatan sentinel leptospirosis oleh Dya Candra dari BBTKLP.

Workshop surveilans sentinel leptospirosis ini digelar dengan tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit leptospirosis, meningkatkan deteksi dini penemuan kasus leptospirosis serta terbentuknya sentinel leptospirosis.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Shodiq Tjahjono mengatakan saat ini kasus leptospirosis di Kabupaten Probolinggo tinggi. Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang serius, cepat dan tanggap agar tidak melebihi kasus Covid-19.

“Diharapkan materi yang disampaikan oleh narasumber agar bisa diterapkan. Sebab leptospirosis ini bukan masalah sepele dan kalau dibiarkan kasusnya akan membengkak melebihi angka Covid-19. Kita harus berusaha keras agar Kabupaten Probolinggo bebas leptospirosis,” katanya.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko mengungkapkan leptospirosis adalah salah satu penyakit zoonosa yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit tersebut terutama disebarkan oleh tikus yang melepaskan bakteri melalui urine ke lingkungan.

“Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu daerah endemis untuk leptospirosis dan menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat karena berkaitan dengan keberadaan faktor risiko yaitu tingginya populasi tikus (rodent) sebagai reservoir leptospirosis dan kurangnya sanitasi lingkungan serta semakin meluasnya daerah banjir di Kabupaten Probolinggo,” katanya.

Menurut Mujoko, permasalahan dalam pengendalian leptospirosis di Kabupaten Probolinggo diantaranya belum optimalnya pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit dalam penemuan dini dan tatalaksana kasus serta surveilans dan pelaporan yang belum baik.

“Sebagai upaya dalam meningkatkan penanggulangan dan pengendalian leptospirosis di Kabupaten Probolinggo maka BBTKLP Surabaya bekerja sama dengan Dinkes Kabupaten Probolinggo melaksanakan sentinel leptospirosis yang melibatkan puskesmas dan rumah sakit,” jelasnya.

Mujoko menerangkan kegiatan ini dilakukan dengan melakukan sentinel pasif pada pasien yang berobat ke puskesmas dengan kriteria suspek leptospirosis untuk dilakukan pemeriksaan RDT dan diambil serum darah untuk dilanjutkan uji MAT dan PCR leptospirosis. “Selain itu kegiatan tersebut juga dilakukan surveilans rodent dan factor risiko leptospirosis di lingkunagn pemukiman,” pungkasnya. (wan)