Reporter : Syamsul Akbar
DRINGU – Dalam rangka peningkatan kapasitas anggota Saka Kalpataru dalam pengetahuan dan kecakapan bidang lingkungan hidup Krida 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan DLH Kabupaten Probolinggo menggelar pembinaan Saka Kalpataru di Kabupaten Probolinggo, Senin (7/6/2021).
Kegiatan yang dilaksanakan di ruang pertemuan Bentar Kabupaten Probolinggo ini diikuti oleh anggota Saka Kalpataru dari Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Sidoarjo.
Pembinaan Saka Kalpataru di Kabupaten Probolinggo ini dihadiri oleh Kepala DLH Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi, Kasi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Provinsi Jawa Timur Dyah Larasayu dan Wakil Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Probolinggo Sujono.
Selama kegiatan, para anggota Saka Kalpataru ini mendapatkan materi Profil Saka Kalpataru Kabupaten Probolinggo oleh Andalan Kwarcab Saka Kalpataru Yusdhi Vari Afandi dan Mengenal Budidaya Maggot oleh Ketua Pokdakan Berkah Siongan Wahyudiono. Serta Praktek Budidaya Maggot oleh Wahyudiono dan Praktek Biopori dan Komposting oleh Saka Kalpataru di Desa Banjarsari Kecamatan Sumberasih.
Wakil Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Probolinggo Sujono menyampaikan ucapan terima kasih kepada DLH Provinsi Jawa Timur, DLH Kabupaten Probolinggo dan anggota Saka Kalpataru yang sudah turut serta dalam pembinaan Saka Kalpataru yang dilaksanakan di Kabupaten Probolinggo.
“Kerja sama antara DLH dengan Kwarcab Gerakan Pramuka ini akan terus di tingkatkan, terutama kegiatan ke-Saka-an. Mohon anggota Pramuka selalu dilibatkan dalam setiap program Dinas Lingkungan Hidup, khususnya bidang lingkungan hidup,” ujarnya.
Sementara Kepala DLH Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi mengatakan Saka Kalpataru merupakan salah satu satuan karya pramuka tempat meningkatkan pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kecakapan serta kepemimpinan pramuka penegak dan pandega.
“Sekaligus sebagai wadah untuk menanamkan kepedulian dan rasa tanggungjawab dalam mengelola, menjaga dan mempertahankan serta melestarikan lingkungan untuk keberlanjutan generasi sekarang dan yang akan datang,” katanya.
Menurut Joko, panggilan akrab Dwijoko Nurjayadi, pembinaan ini dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan dalam meningkatkan kapasitas wawasan, pengetahuan dan peran serta generasi muda dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
“Kita mendambakan tinggal di lingkungan yang bersih, aman, nyaman, sehat, bebas polusi dan bebas pencemaran lingkungan. Untuk mendapatkan situasi dan kondisi tersebut, kita harus mampu mengelola, menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar kita dengan menanamkan budaya dan kebiasaan untuk selalu menjaga kebersihan demi lingkungan hidup yang kita dambakan,” jelasnya.
Joko menerangkan mulai tahun 2020 pihaknya mulai mengembangkan pengolahan sampah berbasis budidaya maggot. Budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai salah satu upaya dalam mengurangi sampah organik dengan memanfaatkan sampah organik sebagai media pakan budidaya maggot BSF atau ulat yang dihasilkan dari proses siklus larva (hermetia illucens).
“Larva ini salah satu jenis lalat yang banyak ditemukan di tempat-tempat yang terdapat sampah organik. Maggot juga memiliki kemampuan mengurai sampah organik 1-3 kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. Bahkan, bisa sampai 5 kali bobot tubuhnya,” terangnya.
Lebih lanjut Joko menambahkan dalam satu kg maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari. Sehingga permasalahan sampah dapat dikurangi. Selain itu maggot BSF dapat juga digunakan untuk pakan ikan dan ternak.
“Untuk itu, pada kesempatan ini, kami ingin berbagi pengetahuan tentang budidaya maggot yang selain memiliki nilai ekonomis juga memberikan alternatif pengolahan sampah skala rumah tangga,” tegasnya.
Sedangkan Kasi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Provinsi Jawa Timur Dyah Larasayu mengungkapkan di Jawa Timur kegiatan Saka Kalpataru kurang aktif khususnya dalam kegiatan aksi-aksi lingkungan. Peran Saka Kalpataru dalam upaya pengelolaan lingkungan masih kurang. Anggota Pramuka yang peduli lingkungan cukup banyak tapi belum diwadahi dalam Saka Kalpataru.
“Kegiatan perkemahan yang diadakan oleh DLH diikuti anggota Pramuka secara umum belum dikhususkan untuk anggota Saka Kalpataru. Yang menjadi kendala, masih kurangnya pemahaman mengenai Krida Saka Kalpataru yaitu Krida 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Krida Perubahan Iklim,” ungkapnya.
Menurut Dyah, pembinaan Saka Kalpataru ini bertujuan sebagai sarana silaturahmi anggota Saka Kalpataru se-Jawa Timur, mendorong terbentuknya Saka Kalpataru di masing-masing Kabupaten/kota dan dikukuhkan serta mendorong timbulnya sikap peduli lingkungan anggota Pramuka dan terwadahi dalam Saka Kalpataru.
“Selain itu, mengembangkan jumlah anggota Saka Kalpataru di tiap Kabupaten/Kota, mendorong munculnya program aksi lingkungan dari Saka Kalpataru serta menambah pengetahuan anggota Saka Kalpataru mengenai Krida 3 R,” pungkasnya. (wan)