Reporter : Syamsul Akbar
JAKARTA – Desa Bhinor Kecamatan Paiton meraih penghargaan berupa trophy Program Kampung Iklim (Proklim) Utama tahun 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Penghargaan ini diterima oleh Kepala Desa Bhinor Hostifawati dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar dalam acara puncak kegiatan Festival Iklim Tahun 2019 di Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Turut serta dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari didampingi Kepala Bidang Pemeliharaan Lingkungan Hidup Sentot Triadi Sugiharto dan Kepala Seksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Sutopo.
Di Provinsi Jawa Timur, penghargaan tropy Proklim ini hanya diberikan kepada 3 (tiga) desa. Selain Desa Bhinor Kecamatan Paiton, penghargaan ini juga diberikan kepada desa di Kota Blitar dan Kota Malang.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Probolinggo Hj. P. Tantriana Sari, SE juga mendapatkan penghargaan atas kepeduliannya terhadap Proklim di Kabupaten Probolinggo. Penghargaan ini diterima oleh Kepala DLH Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari.
“Kami bersyukur Desa Bhinor Kecamatan Paiton bisa memperoleh penghargaan tropy Proklim Kategori Utama. Sebenarnya kami sudah banyak membina desa, tetapi baru Desa Bhinor yang mampu masuk Proklim Utama nasional kategori tropy,” kata Kepala DLH Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari.
Menurut Hasyim, dengan diterimanya tropy Proklim oleh Desa Bhinor maka secara otomatis juga mendapatkan insentif dari KLHK RI. Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan berupaya melahirkan desa-desa Proklim kategori tropy seperti Desa Krejengan Kecamatan Krejengan serta Desa Watupanjang dan Bermi Kecamatan Krucil. “Alhamdulillah, dari 30 desa se-Jawa Timur yang dilakukan penilaian Proklim kategori tropy, bisa tembus 3 desa. Salah satunya adalah Desa Bhinor Kecamatan Paiton,” jelasnya.
Hasyim menerangkan, inilah yang menjadi semangatnya paling tidak semua desa masuk desa Proklim dengan berbagai kriteria. Harapannya hal itu berdampak kepada persoalan yang selama ini dihadapi masyarakat, terutama sampah. Jadi desa Proklim ini sudah desa-desa yang mampu mengolah sampah itu menjadi berkah. Sehingga ada benang merahnya antara pembinana desa Proklim dengan sampah.
“Harapannya kalau semua desa masuk desa Proklim semua kategori, paling tidak persoalan sampah di masyarakat bisa terkurangi. Artinya sampah bisa ditangani desa, masyarakat sadar akan sampah. Karena itu masuk salah satu penilaian desa itu masuk desa Proklim,” harapnya.
Untuk bisa masuk desa Proklim kategori Lestari jelas Hasyim tidak sulit. Semua itu tergantung dari komitmen Kepala Desa dan masyarakat. “Saya kira kalau kepala desa dan perangkat desa mempunyai komitmen yang kuat, saya saya kira 2 tahun bisa. Oleh karena itu mulai tahun 2020, Desa Bhinor akan melakukan pembinaan Proklim kepada desa-desa sekitarnya,” tegasnya.
Sementara Kepala Seksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim DLH Kabupaten Probolinggo Sutopo menambahkan Desa Bhinor Kecamatan Paiton mendapatkan penghargaan Proklim kategori Utama karena kelembagaannya mendapatkan suppor penuh dari pihak desa dan LSM yang bergerak dalam bidang lingkungan.
“Kalau ingin naik ke Lestari, maka Desa Bhinor Kecamatan Paiton harus bisa membina desa Proklim dan desa tersebut bisa mengikuti tingkat pratama. Proklim bisa mengusulkan sendiri dengan data-data pendukung,” ujarnya.
Sutopo mengaku sangat bangga sekali atas prestasi yang diraih oleh Desa Bhinor Kecamatan Paiton. Harapannya, Desa Bhinor bisa segera membina 10 desa lain sehingga bisa memenuhi kriteria untuk meraih penghargaan Proklim kategori Lestari.
“Kami menghimbau agar desa-desa yang belum membentuk dan melaksanakan Proklim untuk segera membentuk dan segera melaksanakan Proklim, tentunya dengan dukungan dan pembinaan kita bersama,” pungkasnya. (wan)