Saturday, September 30, 2023
Depan > Kemasyarakatan > Wabup Timbul Pimpin Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2019

Wabup Timbul Pimpin Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2019

Reporter : Mujiono
DRINGU – Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko memimpin upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2019 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo bekerja sama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Probolinggo di halaman Kantor Mal Pelayanan Publik (MPP) Kabupaten Probolinggo, Selasa (22/10/2019) pagi.

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) merupakan sebuah momentum untuk mengingat dan mengenang kembali peristiwa bersejarah santri sebagai generasi pecinta tanah air Indonesia. Dengan bersejarahnya santri dijadikan perayaan yang dikemas dengan Hari Santri Nasional.

Upacara peringatan HSN tahun 2019 ini diikuti ribuan peserta dengan memakai busana muslim warna putih selayaknya seorang santri. Mereka terdiri dari IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), IPPNU (Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama), tokoh agama dan tokoh masyarakat, Muslimat NU, Fatayat NU serta Banser dan Gerakan Pemuda Ansor di 11 kecamatan wilayah barat Kabupaten Probolinggo.

Sebagai komandan upacara adalah anggota Banser dari Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Probolinggo Ahmad Fauzi. Sementara pembaca Resolusi Jihad adalah Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Abdul Hadi Syaifullah.

Wakil Bupati Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko menjelaskan peran santri diakui negara melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. “Kaum santri juga kembali mendapatkan penguatan negara melalui pengesahan Undang-undang Pesantren,” katanya.

Menurut Wabup Timbul, melalui UU ini santri dan pendidikan pesantren dapat meningkatkan peran dan kontribusinya dalam pembangunan bangsa dan negara melalui fungsi pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat.

“Santri haruslah kreatif, inovatif dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik. Santri sendiri tidak boleh kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang berakhlakul karimah,” pungkasnya. (y0n)