Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Beberapa orang mendapatkan hasil rapid antibodi reaktif setelah paska vaksinasi dan menjadi panik karena takut terinfeksi Covid-19 setelah divaksinasi. Bahkan ada yang melanjutkan dengan pemeriksaan swab PCR atau antigen.
Juru Bicara Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica mengatakan rapid tes antibodi dengan menggunakan sampel darah, diperiksa untuk mengetahui keberadaan antibodi terhadap virus penyebab Covid-19 dalam tubuh.
“Fungsi rapid tes antibody diantaranya survey antibody, penelitian epidemiologi dan mendukung diagnosis Covid-19 dikondisi tertentu. Jadi, menurut CDC dan FDA, rapid tes antibodi bukan untuk screening atau diagnosis seseorang terkena Covid-19,” katanya.
Menurut Dewi, vaksin yang diberikan dimaksudkan untuk menimbulkan kekebalan humoral (antibodi). Menurut penelitian Zhang tahun 2020, dinyatakan bahwa kekebalan/imunitas optimal timbul pada hari ke-28 setelah penyuntikan vaksin Sinovac dosis kedua.
“Sehingga, jika hasil rapid tes antibodi reaktif. Artinya tubuh telah berhasil membentuk antibodi terhadap Covid-19 karena sudah divaksinasi dan/atau karena pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya (CDC, 2020),” jelasnya.
Dewi menambahkan hasil rapid tes antibodi reaktif bukan berarti seseorang tersebut sedang mengalami infeksi aktif Covid-19. Sehingga tidak direkomendasikan untuk melakukan swab antigen atau PCR paska mendapatkan penyuntikan 2 dosis vaksinasi Covid-19.
“Bila ingin melakukan screening atau diagnosis Covid19, lakukan swab antigen atau PCR. Rapid tes antibodi saat ini tidak direkomendasikan untuk mencari tahu apakah imunitas timbul setelah divaksinasi,” pungkasnya. (wan)