Reporter : Hendra Trisianto
PAJARAKAN – Keberadaan satwa liar Kabupaten Probolinggo semakin hari semakin menarik minat kalangan pengamat satwa liar dari luar daerah. Kali ini, Minggu (7/7/2019) pagi, bersama komunitas setempat, para wildlife videografer asal Kota Surabaya mengunjungi salah satu spot mangrove di pesisir Desa Penambangan Kpecamatan Pajarakan.
Kehadiran mereka selain untuk mengamati, sekaligus untuk mendokumentasikan berbagai jenis satwa burung pantai endemik maupun migran. Diantaranya adalah burung cangak merah, raja udang biru, raja udang meninting, cekakak Jawa, gajahan pengala serta berbagai jenis dara laut dan kuntul.
“Di kalangan pengamat burung, kekayaan keragaman jenis burung di Kabupaten Probolinggo banyak diperbincangkan. Oleh karena itu kapan-kapan kami ingin mengamatinya di habitat gunung hutan juga,” kata Agus Azhari, salah satu videografer satwa liar sekaligus Youtuber dengan ribuan subscribers ini.
Agus menuturkan kekayaan keanekaragaman jenis satwa liar ini seharusnya diketahui masyarakat secara luas melalui media-media publik. Dengan begitu diharapkan muncul kepedulian lebih luas dari masyarakat terhadap isu-isu yang marak terjadi khususnya eksploitasi satwa liar di Indonesia.
“Kami juga tertarik mendokumentasikan aktivitas komunitas fotografer satwa liar Kabupaten Probolinggo ini. Menurut kami langkah edukatif yang mereka lakukan patut kita apresiasi dan menjadi motivasi kita bersama,” tandasnya.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh warga pesisir Desa Penambangan, terlebih karena di desa ini memang terjaga sebuah kearifan lokal secara turun temurun. Yakni adanya larangan tidak tertulis terhadap segala aktivitas perburuan satwa liar jenis burung yang hidup di sekitar desa mereka.
Keterangan tersebut berasal dari Bungkas (47), warga setempat yang rupanya sejak awal memperhatikan gerak gerik para wildlifer ini. Menurut nelayan perahu ini, pesisir Desa Penambangan memang kaya akan burung pantai terutama pada bulan-bulan musim migrasi burung, kawasan pertambakan tradisional ini sangat ramai dikunjungi burung dari benua lain.
“Walaupun hanya satwa burung tetapi mereka juga sama-sama ciptaan Allah, ingin hidup dan beranak pinak, maka dari itu para pendahulu kami melarang untuk menyakiti mereka. Lihat burung kuntul itu tanpa rasa takut mencari makan di dekat kita,” pungkasnya. (dra)