Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Jelang pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2019, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Kraksaan menggelar doa bersama 10.000 pelajar di Masjid Agung Ar-Raudlah Kota Kraksaan, Rabu (20/3/2019) pagi.
Kegiatan ini dihadiri oleh Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo dan Kota Kraksaan Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, Ketua Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah KH Sya’dullah Asy’ari, Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo Yasin, Ketua GP Ansor Kota Kraksaan Taufiq, Ketua GP Ansor Kabupaten Probolinggo Muchlis, Ketua PGRI Kabupaten Probolinggo Purnomo, perwakilan Polres Probolinggo, Forkopimka Kraksaan serta para guru pendamping. Serta penceramah KH Ali Mustofa dari Malang.
Ketua PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo Muchlis mewakili panitia menyampaikan bahwa hadirnya para siswa dan siswi SMA ini adalah bentuk perwujudan penyerahan diri kepasa Allah SWT. Dengan harapan seluruh keinginan dikabulkan oleh Allah dan cita-citanya bermanfaat bagi bangsa dan negara.
“Kami menyambut baik atas respon Pemerintah Daerah dan PGRI untuk bisa menghantarkan putra-putrinya untuk bersama-sama berdoa kepada Allah SWT. Semoga apa yang menjadi cita-citakan, Allah berikan kemudahan sehingga ujian nasional bukan hanya semata-mata proses yang harus dilewati sebagai simbol tetapi awal pertempuran besar di luar sana. Karena menjadi siswa SMA ibarat sebuah peperangan masih dalam proses pembekalan. Peperangan itu baru dimulai ketika sudah tidak menjadi siswa,” ujarnya.
Menurut Muchlis, persaingan di luar tidak melihat nilainya bagaimana. Persaingan otak dan akal tidak menjadi satu-satunya penentu kesuksesan. Ijazah itu hanya akan menjadi pengantar untuk menuju proses kesuksesan. Ada nilai ketaqwaan kepada Allah SWT. Indonesia tidak kekurangan orang cerdas, tapi pemimpin Indonesia akan datang adalah pemimpin jujur dan amanah serta yang bisa mengambil keputusan yang bijak. Zaman hari ini mencari pekerjaaan sebenarnya tidak sulit, karena lebih banyak. Terlebih teknologi sudah semakin canggih dan maju.
“Sekolah bukan pintu untuk mencari pekerjaan. Ansor tidak menginginkan hari ini berdoa kemudian tidak melanjutkan pendidikannya karena masalah biaya. Banyak beasiswa yang ada di luar sana yang bisa dimanfaatkan. Jangan niatkan kuliah untuk menjadi seorang profesor, tapi jadilah diri kita sendiri. Ketika jatuh segeralah untuk bangkit,” tegasnya.
Sementara Mustasyar PCNU kabupaten Probolinggo dan Kota Kraksaan Dra.H.Hasan Aminuddin, M.Si mengungkapkan percuma nanti setelah lulus sekolah memiliki kepintaran yang tinggi tanpa diimbangi dengan akhlak yang baik. Oleh karena itu, yang harus dijaga oleh para generasi muda masa depan bangsa Indonesia ini adalah akhlaknya.
“Selama ini Pemerintah Kabupaten Probolinggo terus berikhtiar bagaimana calon pemimpin ini cerdas hatinya dan cerdas otaknya sehingga outputnya nyambung antara hati dan otaknya,” katanya.
Menurut Hasan, doa bersama ini merupaka salah satu ikhtiar usaha batiniyah. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi ikhtiar lahiriyah berupa belajar. “Kalau belajar dan berdoa sudah selesai, maka selanjutnya tawakkallah kepada Allah SWT agar mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan,” tegasnya.
Hasan menegaskan sesuai dengan pesan yang ada dalam Al-Qur’an bahwa hanya iman dan ilmu yang akan mengangkat derajat seseorang. Tidak ada tafsir dalam Al-Qur’an yang menyebutkan nasab akan merubah nasib. Sehingga nasab seseorang tidak akan menjamin mampu merubah nasib.
“Kalau belajar dengan sungguh-sungguh diimbangi dengan keimanan kepada Allah SWT maka akan menjadi nasib. Jangan pernah galau dan menistakan kedua orang tua. Kalian wajib membuat nasib baru untuk membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua,” pungkasnya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama oleh KH ali Mustofa yang diakhiri dengan doa bersama. Dalam doa bersama inilah, puluhan ribu pelajar ini tidak terasa sampai meneteskan air mata atas segala khilaf yang selama ini telah dilakukan. Seraya memohon kepada Allah SWT agar diberikan kelancaran dalam mengikuti UNBK tahun 2019. (wan)