Reporter : Syamsul Akbar
PROBOLINGGO – Dalam rangka meningkatan keahlian dan kompetensi perawat ponkesdes dalam pelaksanaan program Penyakit Tidak Menular (PTM), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar penguatan kapasitas perawat ponkesdes dalam upaya peningkatan capaian program Penyakit Tidak Menular (PTM) di ruang pertemuan Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo, Selasa hingga Jum’at (22-25/10/2019).
Kegiatan yang didanai dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun anggaran 2019 ini diikuti oleh perawat Ponkesdes sebanyak 90 orang yang dilaksanakan selama 4 hari dan terbagi dalam 2 (dua) angkatan. Dimana masing-masing angkatan diikuti 45 orang perawat ponkesdes selama 2 (dua) hari.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto melalui Kasi Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dantonia Anugrah Permanasari mengatakan saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia. Di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010).
“Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang,” ungkapnya.
Menurut Nia, PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya. Yaitu, merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM.
“Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup,” jelasnya.
Nia menerangkan, salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. “Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM,” tegasnya.
Lebih lanjut Nia menerangkan PTM merupakan salah satu program prioritas nasional. Program PTM yang termasuk dalam jenis pelayanan dasar pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan meliputi pelayanan kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus, pelayanan kesehatan pada usia produktif serta pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat.
“Untuk melaksanakan program unggulan tersebut, dibutuhkan dukungan SDM yang kompeten, salah satunya adalah perawat Ponkesdes selaku pelaksana kegiatan di lapangan. Kegiatan ini merupakan salah satu cara meningkatkan kompetensi SDM kesehatan,” pungkasnya. (wan)